Text
Santri kalong
Pasca Presiden Soeharto menyatakan ‘lengser keprabon madhep pandhito’ (mundur dari kekuasaan dan menjadi begawan) lantas menyerahkan kekuasaan presiden kepada Wakil Presiden BJ Habibie, kekuatan reformasi terbelah menjadi dua; satu kelompok menerima Habibie sebagai presiden RImenghantarkan pemilu yang dipercepat, dan kelompok lain yang menolak legitimasi Habibie memimpin reformasi total.
Habibie seorang teknokrat (Ketum ICMI) dianggap anak didik Soeharto kesulitan menjalankan agenda reformasi –di dalamnya amanah Tap MPR untuk mengadili Soeharto dan kroni-kroninya. Sepanjang pemerintahannya, tak pernah sepi dari usaha kelompok reformis radikal guna mendongkel kedudukannya sebagai presiden untuk menghantarkan pemilu demokratis pertama di era reformasi – pemilu demokratis kedua setelah Indonesia merdeka, tahun 1955 pemilu di era Presiden Soekarno.
Meskipun sebagai anak didik Soeharto, Habibie diketahui seorang ilmuwan yang berpikir rasional, egaliter dan demokratis. Sosoknya yang jenius sebagai ilmuwan seringkali lugu dalam memandang politik. Keputusannya soal Timor-Timur telah mengecewakan kelompok ABRI – memicu ditolaknya pertanggungjawaban di SU MPR 1999. Sikap egaliternya telah mendesakralisasi posisi presiden dan istana yang terkenal ‘angker’ di era Soeharto. Habibie dengan santai seraya berkelakar menyatakan haus dan minum segelas air diiringi gelak tawa anggota DPR saat berpidato, merupakan pemandangan yang tak ditemui rakyat Indonesia selama 32 tahun pemerintahan Soeharto. Habibie juga melahirkan kebijakan mendorong keterbukaan bagi terwujudnya reformasi; melepaskan tahanan politik, merecovery ekonomi, dan berusaha merespon tuntutan daerah-daerah konflik yang selama Orde Baru didekati dengan kekuatan militer.
Seorang Anto anak blantik sapi sejak lahir dikepung kemiskinan menjadi saksi – bersama jutaan anak-anak Indonesia lainnya – akan perjalanan sejarah bangsanya. Karena kemiskinan keluarganya, cita-cita menjadi santri tulen (bermukim di pesantren) adalah sebuah kemewahan. Desakan kuat dalam dirinya menjadi santri tak mengendurkan niatnya belajar agama di pesantren. Jadilah ia seorang santri kalong, santri yang belajar agama tanpa harus menginap di pesantren. Pengalaman batin dan persahabatannya dengan Rohman (santri mukim) menghantarkan Anto mempunyai bongkahan cita-cita keluar dari kemiskinan yang menjerat keluarganya. Etos tinggi tanpa menyerah pada keadaan menuntunnya pada posisi tinggi di sebuah Koran ternama di Surabaya. Dalam kemapanan karir, justru Anto mendapatkan gugusan baru sebuah cita-cita seorang anak manusia, anak umat, dan anak sebuah bangsa. Di samping karena pergulatannya dengan dosen kritis, aktivis mahasiswa, lebih lagi karena sosok seorang gadis pesantren yang dicintainya (Gadis Penghafal Ayat), telah merubah cara pandangnya terhadap sebuah cita-cita yang harus digenggam sebagai anak manusia, anak umat dan anak sebuah bangsa.
Novel Santri Kalong adalah novel kedua bagian dari serial Santri dan Perubahan, merekam kondisi sosial-politik, keagamaan di era pasca turunnya Presiden Soeharto dari kekuasaan selama 32 tahun. Era yang diramalkan Soeharto sendiri, bangsa yang akan dipenuhi masalah krusial, konflik vertikal dan horizontal yang dapat meluluh-lantakkan bangunan kebangsaan. NB; novel ini buku kedua dari Santri dan Perubahan (beredar akhir oktober 2012), buku pertama, Gadis Penghafal Ayat telah beredar di toko buku.
U230480 | 892.7 HAR s | Perpustakaan SMAN 1 Panggul | Tersedia |
U230481 | 892.7 HAR s | Perpustakaan SMAN 1 Panggul | Tersedia |
U230482 | 892.7 HAR s | Perpustakaan SMAN 1 Panggul | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain